Senin, 05 November 2012

Jaga ucapanmu!!!

Hai!!

Lagi-lagi, tulisan ini adalah ungkapan atas kekecewaan saya atas perkembangan anak muda sekarang. Mungkin perasaan saya saat ini sama persis dengan perasaan miris  orang tua ketika tau bahwa anak muda jaman saya dulu kalau pacaran sudah tidak pakai surat-suratan, tapi sudah mulai memakai henpon.

"Emang iyaa, Masalah buat lo??"

Slogan sebuah acara talkshow di trans tv sebenarnya, tapi kemudian kata-kata ini banyak dipakai remaja labil untuk mensekak temannya.

"Terus gue harus bunuh diri sambil bilang WOW getoooo??"

Kalau ada yang bilang begitu ke saya, saya tidak keberatan mengambilkan dia pisau dari dapur saya.

Kata-kata ini juga sepertinya hampir dipakai seluruh remaja labil. Sebenarnya saya pernah diam-diam bilang begitu , ketika suatu ketika seorang teman menyombongkan dirinya yang tidak pernah mau memakai barang murah dan merasa dirinya paling keren di lingkungannya.

Kesamaan dua kata itu adalah bukti bahwa remaja kita sudah kehilangan sebagian jati diri sebagai penerus bangsa yang peduli terhadap sesama. 

Anak muda, sekedar nasehat saja, kata-kata individualis seperti itu tidak pantas diucapkan pada teman yang berusaha peduli pada kita. Dilarang keras juga diucapkan pada orang yang lebih tua dari kalian. Haram diucapkan saat mongomentari keluarga kalian meskipun mereka adik kalian.


Mari kita kembalikan 'keramahan' sebagai ciri khas Indonesia

Kalian hanya bisa menggunkan kalimat-kalimat tersebut kepada teman kalian SESAMA ALAY. Bisa juga pada orang yang sedang sengak pada kalian, tapi tolong perhatikan perbedaan antara sengak dan bercanda.

Jangan saling menyakiti, kalau kau tidak ingin disakiti.

Ada satu lagi yang bikin saya lumayan BT ketika membuka halaman facebook saya, seorang remaja yang entah kenapa selalu men-tag nama saya pada fotonya. Nah kalo ini bukannya pengen dicuekin, tapi malah cari perhatian. Berbagi foto silahkan saja ya, asalkan ada hubungannya dengan yang di-tag. Saya juga senang melihat foto-foto teman di facebook dan tentu saja berkomentar. Tapi tolong jangan men-tag foto yang tidak ada hubungannya dengan saya #galak

Pengen banget sebenarnya berkomentar pada fotonya "DO I LOOK.....CARE???? BIG NO NO NOO"

Tapi saya cukup bisa menahan diri, memilih pilihan bijak dengan menghapus hastag saya sendiri. Deal kan??

Minggu, 07 Oktober 2012

Terlalu Terobsesi


Bismillah....

Why everybody’s so obsessed???

Ada seorang teman saya yang gila hormat, cita-citanya kepengen jadi anggota dewan, dan sepanjang persahabatan kami setau saya dia rela melakukan apapun demi cita-citanya. Orang-orang kecil dia korbankan. Kesalahan sedikit yang dilakukan orang kecil pasti akan kena makian kasarnya. Ada sesuatu yang tak beres, dia akan sibuk mengutukinya. Budaya yang memang unik karena keribetannya akan jadi sumber kritik pedasnya. Nah, orang ini benar-benar memalukan!!! Sungguh!!! Kadang saya yang jadi malu sama orang lain punya teman yang begitu merugikan ini.

Ada lagi seorang ibu wanita karier yang tidak bisa menerima kalau orang lain lebih sukses darinya. Iri hati dan pada akhirnya menjelek-jelekkan orang yang dianggap rivalnya. Jadi teman si wanita karier ini punya mobil baru dengan berbagai kemewahannya, dan yeah bisa ditebak, si wanita karier mengungkit-ungkit mobil baru temannya dengan nada sarkastis di setiap ada kesempatan.

Seorang anak muda yang baru saja masuk bangku perkuliahaan tidak bisa kalau gadgetnya lebih jelek dari milik temannya, ya minimal sama lahh. Herannya, kalau ada temannya yang beberapa tingkat keburukan gadgetnya jauh di bawahnya, anak muda tadi akan mengenyek habis-habisan.
Dan percaya atau tidak, itu semua benar-benar ada, saya kenal pelakunya!!!! “Tolong ditangkap saja, pak polisii”

Untuk kali ini saya tidak bisa menganalisis bagaimana bisa orang-orang di atas begitu terobsesi akan sesuatu. Obsesi yang kalau diolah dengan baik akan jadi hal positiv malah jadi merugikan orang lain.

Ada teman yang punya mobil antik?? Saya tak iri, saya hanya mau numpang berfoto.
Jangan tanya siapa laki-laki yang ada di foto, saya tak kenal. 

Nah sekarang saya mau bersombong sedikit akan sikap saya yang tak memiliki obsesi negativ. Begitni ya saya kok justru akan mengucap syukur kalau orang lain lebih berhasil, saya senang adik saya bisa dapat beasiswa meskipun saya tidak pernah. Dan saya sungguh benar-benar senang, bukan yang malah menjelek-jelekkan. Saya senang teman saya sudah menikah dan memiliki bayi yang luar biasa lucu ditambah rumah dan mobil miliknya pribadi, saya pun iri, tapi saya tak mau bercapek-capek mencari celah untuk menjelek-jelekkan mereka. Saya cukup tau kemampuan saya dan sayapun tak mau berlebihan #merendah.

Kasihan sekali orang-orang yang terlalu terobsesi akan milik orang lain. Hidupnya akan selalu dikejar-kejar perasaan tak puas. Dan pasti rasanya lelah sekali menuruti nafsunya pada dunia. Kurang bersyukur, itu saja intinya. 


Selasa, 25 September 2012

Panggilan Sayang


Hasil dari online pagi-pagi...

Saya nggak habis pikir sama teenagers sekarang, masih pacaran kok panggilan kesayangannya sudah “mama-papa”, ada juga yang saling memanggil “ummi-abi” , mau yang lebih lucu?? Sepasang ex-murid saya saling memanggil “ayah-bunbun” # tepok jidat. Pelakunya adalah ABG labil baru lulus kemarin sore. Saya sebagai orang didikan jaman maen kelereng masih hits tentu saja heran.

“Eh mawar sama bagus (nama samaran) sudah menikah kah??” Tanya saya lugu. Mereka hanya cengengesan. Helloo guys, kami yang sudah mature begini saja masih saling memanggil “sayang, honey, beib, cinta” kok kalian yang baru lahir kemarin sore sudah manggil dengan panggilan berat begitu. Kayak lu tau urusan rumah tangge ajjjeeehhh.

Tapi tak apa, itu hak masing-masing. Sejujurnya saya menikmati juga keanehan mereka. Saya baru akan  menyindir mereka kalau perut saya sudah kejang-kejang mau muntah menertawakan update status mereka, atau kalau mereka sudah mulai saling memanggil “aki-nini” . LOL

Jadi  pertanyaannya sekarang adalah: mengapa teenagers memanggil dengan panggilan seberat itu, dan mengapa kami yang sudah mature masih memanggil dengan panggilan yang lebih masuk akal??

Ini contoh panggilan sayang yang jauuuuuuuuuuhh dari romantis  :p

Kalau untuk kami yang mature sih sudah jelas, we do not have a baby yet, jadi wajar kalau kami masih seperti orang pacaran. Saya pasti akan melotot kalau tiba-tiba pasangan saya memanggil dengan panggilan ‘bunbun’, plus bonus tamparan kalau panggilan itu dilakukan di kampus!! Lagipula menurut saya panggilan ‘sayang’ dan sejenisnya lebih dimaklumi secara internasional (you know that I mean ha!), mesra dan kelihatan lebih muda, fresh, abg, unyu-unyu. Nah kok ini yang teenager malah pakai yang old school.

Apapun itu, 
Panggilan sayang adalah bentuk ekspresi sepasang kekasih, bisa juga antar teman (saya memanggil seorang sahabat saya dengan panggilan ‘nok’) yang menyatakan kedekatan mereka secara personal. Tentu saja panggilan sayang ini sesuai kesepakatan bersama, dan tidak ada batasan dalam pemakaian kata dalam panggilan sayang, selagi itu tidak bersifat mengejek.

Ada yang lucu, teman saya ada yang diam-diam waktu pacaran saling memanggil mama-papa, saya baca smsnya (maaf)!! Dan apa yang terjadi ketika mereka sudah menikah?? Tentu saja kembali ke habitat mereka, panggilannya berubah jadi ibu-bapak.

Saya belajar satu hal, bahwa panggilan sayang pada pasangan bisa berubah setelah mereka menikah. Inilah bentuk keheranan saya akan perkembangan dunia perpacaranan. 

Ngomong-ngomong, saya masih mencari dimana letak keromantisan panggilan "mama-papa, ummi-abi, ayah-bunda" yang dilakukan oleh para ABG labil. 


Sabtu, 15 September 2012

Bibit dan Jathilan

Salam!!!

Lagi heboh nih masalah Bibit Waluyo, seorang gubernur yang berpidato bahwa kesenian Jathilan adalah kesenian terjelek di dunia. 

Begini ya, mari kita tanggapi dengan positif pernyataan pedas bibit waluyo tentang Jathilan (Kuda Lumping/ Jaranan). Saya termasuk pengamat Jathilan walau lingkupnya baru di kabupaten Sleman dan kebetulan tugas penelitian akhir saya mengangkat masalah Jathilan ini.

Pernyataan saya sama seperti yang lain, tidak pantas seorang pemimpin bereaksi sangat negatif tentang kesenian daerah yang dipimpinnya. Saya khawatir, kalau Jathilan ini diklaim milik negara tetangga, Bibit sebagai pribadi juga tidak begitu peduli.

Tapi baiklah, mari kita bedah pelan-pelan. Kesenian Jathilan adalah kesenian rakyat yang memang kurang anggun dibanding dengan kesenian kraton yang lemah gemulai. 

Dalam tarian terdiri dari empat babak. Satu babak sendiri ada dua macam sesi, sesi menari dalam keadaan sadar dan sesi trance/kesurupan. Sesi kesurupan inilah yang menurut saya luar biasa menarik. Aksi yang di luar kontrol diri, makan beling, menari-nari tak beraturan, bagaimana pawang menabur kembang lalu menyadarkan para anak buahnya adalah sesuatu yang membuat kita ikut berdebar. Apaplagi kalau di tengah-tengah acara ada penonton yang ikut kesurupan, hawanya makin mistis. 

Sesi yang pertama inilah yang mungkin kurang asik, sesi ketika para anggota jathilan (tidak termasuk pawang) menari-nari dalam keadaan sadar sesuai dengan latihan mereka. Maaf, tarian yang sama dalam waktu yang sangat lama itu membosankan. Bagi yang tau makna dari tarian yang mereka tarikan pun tetap membosankan, ditambah dengan ekspresi para penari yang adem-adem saja. Coba ekspresi mereka dibikin lebih seram, atau sambil senyum, jangan anteng aja. Ekspresinya manaaaaaaaaa!!!!

Mungkin ini pula yang membuat Bibit bosan, karena sepertinya Bibit tidak melihat sesi trance nya. Sayang sekali.


Jumat, 17 Agustus 2012

Hari Kemerdekaan 2012

Merdeka 2012....



Bahkan Google-pun ikut merayakan :)

Bagaimana kalian merayakan kemerdekaan kali ini? Kalau saya biasanya  mengikuti upacara di sekolah, tapi berhubung hari ini sudah libur sekolah, maka saya di rumah saja. Memasak untuk Hari Raya dua hari lagi.

Indonesia sudah 67 tahun. FYI, Indonesia adalah negara ASEAN yang merdeka pertama kali. Beberapa negara merdeka karena 'diberi' oleh negara yang menjajah, tapi Indonesia merebut kemerdekaannya sendiri. Bukankah itu suatu yang hebat. 

Ada yang bilang Indonesia belum siap merdeka, tata negara belum kokoh, dan berbagai macam alasan lainnya. Menurut saya, untuk merdeka tidak butuh persiapan sama sekali. Apalagi posisi Indonesia adalah merebut kemerdekaan, karena negara yang menjajah (Jepang) pun sudah kalah oleh sekutu. Kalau merdeka harus rempong pakai persiapan menata pemerintahan dulu atau menunggu jadi negara kaya dulu, saya yakin kalau Indonesia belum tentu sudah merdeka saat ini.

Jadi, Apakah kalian sudah merasa merdeka?? 

Kamis, 21 Juni 2012

"Sesuatu" untuk Nur


Bismillah

Beberapa waktu yang lalu saya satu travel dengan seorang cewek berumur sekitar 14 tahun. Putus sekolah. Pembantu Rumah Tangga. Kami sama-sama terjebak macet berjam-jam di daerah puncak. Seperti biasa, saya mendakadak menjadi seorang yang crewetnya minta ampun. Ingin tau kehidupannya. Dan setelah saya tau, saya sebagai seorang yang hidup di lingkungan –mampu- menyimpulkan bahwa kehidupan gadis ini sungguh mengenaskan.



Nur. Seorang gadis di bawah umur yang putus sekolah, harus bekerja karena adiknya ada 4 orang, orang-tuanya jadi pembantu juga, terjebak di Jakarta dengan begitu ketatnya persaingan kerja. Terjebak pada kondisi kemiskinan struktural yang mengakar pada keluarganya.

Saya mendadak menjadi Kak Seto dan Tung Dasem Waringin dalam waktu bersamaan. Mendengarkan dengan sabar ceritanya, memberikan motivasi, sampai memberi tips agar dia mendapatkan pacar yang baik. Saya juga memberinya iming-iming bahwa belajar di kampus itu sangat menyenangkan. Ini, mungkin bisa jadi pukulan berat buatnya, tapi sebisa mungkin saya memakai bahasa segaul dan seumur dan setingkat dengannya agar saya tak terlalu sombong.



Tapi rasanya semua saran saya mentok pada satu kata –ekonomi-.

Putar otak dan tak mau mengasihani nasibnya tanpa melakukan sesuatu. Berniat menolongnya dengan motivasi ala Mario Teguh, meskipun menurut adik saya, hidup itu tak semudah kata Mario Teguh.

Jadi kira-kira beginilah yang saya katakan pada Nur,

“Nur, Kamu memang sekarang putus sekolah. Tapi ada caranya supaya kamu tetap belajar dan bisa jadi pinter. SATU, kamu harus suka dan rajin membaca. Ada koran majikan, ada apapun di depan matamu, bacalah!! Mungkin kamu sekarang tidak paham sama yang kamu baca, tapi paksalah untuk tetap membaca. Nanti kamu akan paham dan menemukan sendiri maksudnya. Kamu mau kuliah setinggi apa dan sejauh mana, modal utamanya harus rajin baca buku. Ada koran bekas bungkus tempe, tulisan nggak jelas di belakang obat nyamuk, buku setebal bantal punya majikanmu, bacalah. Pokoknya baca nur!!! Baca, pelajari, dan kemudian pahami. Kan kamu tau sendiri, ayat pertama al-Qur’an adalah.... (bla bla bla) #sok religius.



“Terus setelah belajar baca, belajarlah menulis. Kamu tulis buku harian, terus nanti lama-lama kamu tulis ulang apa yang kamu baca menurut pemahamanmu. Jangan lupa kalau ada bacaan yang kamu suka, pelajari cara penulisannya. Tulislah menurut pendapatmu sendiri. Sesukamu.

“Kalau kamu sudah semuanya, Kamu banyak dapat pengetahuan dari bacaan yang kamu baca, lalu kamu belajar bicara, ngomong yang tegas, lugas, percaya diri, anggun, berkelas, berisi. Nah ini agak susah Nur, Karena ini dipelajari di perguruan tinggi. Tapi nggak papa, kamu bisa belajar lewat kaca di kamarmu. Bicara yang tidak menyakiti, bicara yang santun, kemukakan keinginanmu dan pengetahuanmu dengan bijak. Jangan berbohong ketika kamu bicara, apa adanya saja. Yang ini agak susah ya Nur, tapi kalau kamu menguasai semua hal tiga di atas. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu inginkan. Keberuntungan, kesempatan, biaya, akan lebih mudah kalau kamu sudah bisa mengkombinasikan tiga hal tadi. “

Mau Jadi guru Besar?? Mimpi saja, kalau kau tak mau rajin membaca


Si Nur wajahnya lebih sumringah, saya ke-GR-an mengira dia termotivasi. Tapi bener lho, itu solusi dadakan saja saat itu. Dalam hati saya membatin, saya sekolah tinggi, percuma kalau saya tidak bisa merubah pandangan Nur tentang kehidupan. Saya bukan generasi cuek!!
Sementara itu, lelaki disebalah saya membisiki “Kalau semua pembantu kamu ceramahi begitu, terus jadi pinter, nanti tidak ada lagi yang mau jadi pembantu yang dibayar murah.” Sayangnya, lelaki berpikiran klise itu adalah suami saya. Oooohh




Ini jawaban saya “Saya mengajari mereka bukan untuk jadi pembelot yang kasar. Tapi agar mereka jadi seorang yang bisa dihargai sesuai kemampuan mereka. Kalaupun mereka tetap jadi pembantu, maka mereka adalah pembantu yang dibayar dengan profesionalitas kerjanya, bukan dibayar kerena kasihan.”

Semangat!!!!!! untuk semua orang yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan setingkat profesor

Jumat, 18 Mei 2012

Happiness

Bismillah...


"Are You Happy?" Saya ditanya seorang sahabat dekat.

Saya tau, maksudnya adalah, 'apakah saya bahagia setelah menikah'. Jadi saya berpikir lama. Bahagia yang seperti apa? Apa ukuran bahagia sebenarnya.

Uang? Jadi kalau sudah bisa bermewah-mewahan itu dinamakan bahagia? mau belanja apapun bisa, kapanpun bisa, tak ada istilah tanggal tua dan tanggal muda. Kedengarannya memang sangat menyenangkan. Satu-satunya obat stres paling mujarobah adalah membelanjakan uang. Saya juga mau seperti itu. Tapi saya sejuta persen mempercayai ini 'money can't buy us happiness'. Percayalah, saya pernah merasakannya. Jadi uang bukanlah ukuran kebahagiaan setidaknya menurut saya.

Tanpa masalah?? Oh yeah, ini benar-benar impian saya. Tapi jelas tak mungkin kan, uantuk apa kau hidup kalau bukan untuk menyelesaikan PR yang diberikan Tuhan, inilah caranya kita naik pangkat di hadapan Tuhan. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah. Jadi saya berpikir ukuran bahagia bukanlah hidup tanpa masalah. 

Kemudian saya dengan sok memasamkan muka, menjawab pertanyaan teman saya tadi.
" Belum. Saya belum bahagia"

Karena bahagia menurut saya adalah bisa berbagi. Selalu memberi. Membantu. Ketika saya sudah bermanfaat untuk orang lain. Ketika saya bisa menyumbangkan apa yang saya miliki untuk kepentingan individu maupun kelompok. Ketika saya melihat orang tersenyum (atau menangis) dan dengan bangga mengatakan 'trimakasih banyak' atas hasil kerja saya. Ketika pemikiran saya bisa menginspirasi orang. Saya akan pastikan kalau saya bahagia pada saat itu. 


Dan saya sekarang dalam proses menuju kebahagiaan saya. 

Senin, 14 Mei 2012

HBT me......

Alhamdulillah..

Saya Ulang Tahun, Jangan tanya yang keberapa, karena saya adalah pengikut pepatah ini "Jangan Tanyakan Umur pada Wanita, dan Jangan Tanyakan Besar Gaji pada Laki-laki"

Seiring dengan bertambahnya usia ditambah tingkat kematangan dalam berpikir saya yang makin kacau dewasa, ternyata saya sampai pada kesimpulan sementara bahwa ulang tahun itu tidak begitu penting dan malah sangat memalukan. 

Memalukan? Iya benar, Karena saya sudah mulai putus asa, berharap ada yang mau memberi saya tunjangan pendidikan gratis sampai tingkat profesor kelak plus biaya hidup berfoya-foya #matre. Btw, inilah daftar teratas dari wish list saya. Daftar lainnya yang masih sama tak kesampaian, saya ingin jalan-jalan menyusuri sisa-sisa peradaban Islam di dunia. Ya ampun, memalukan sekali, Dunia pula!!! 

Mungkin tidak saya menang lotre lalu membeli rumah ini?? TIDAK!!!
Well yeah, itulah harapan. Mimpi. Seharusnya bisa terwujud kalau kita mau berjuang dengan sangat keras. Make a Wish saya tahun ini , saya harus menyelesaikan program master saya, dan saya harus punya pemasukan  finansial sendiri yang bisa membuat saya tiap bulan pergi berlibur di seluruh pantai di Indonesia!!!!! Sebenarnya ini bukan make a wish tahun ini saja, beberapa tahun ke belakang sepertinya saya juga menginginkan ini. 

Btw, Terimakasih yang sudah mendoakan saya, terutama teman-teman di facebook. Saya yakin 100% doa lewat facebook juga diijabahi oleh Tuhan. Bukankan Tuhan sangat pemurah. 

Masih Pengantin Baru


Bismillah...


Sudah tiga bulan lebih dua hari saya menjadi seorang istri. Apa kabar anyway? Tidak terlalu baik. Percayalah, untuk anak manja seperti saya, menikah bukan sesuatu yang mudah. Belajar dan terus belajar tentang bagaimana menjadi istri yang baik tanpa mengorbankan diri sendiri. Hei, mengorbankan diri sendiri? kedengarannya mengerikan sekali!!! 

Lebih pada masalah teknis saja sebenarnya, seperti saya yang tak pernah bisa bangun pagi sekarang jadi harus bangun pagi, saya yang tak pernah sudi disuruh-suruh sekarang harus menjadi separo pembantu lebih giat lagi.

Tapi Alhamdulillah, semua harus disyukuri. Bahwa saya sudah menikah, itu adalah hal yang luar biasa untuk saya yang tadinya tak percaya dengan lembaga pernikahan.