Bismillah
Beberapa waktu yang lalu saya satu travel dengan seorang
cewek berumur sekitar 14 tahun. Putus sekolah. Pembantu Rumah Tangga. Kami
sama-sama terjebak macet berjam-jam di daerah puncak. Seperti biasa, saya
mendakadak menjadi seorang yang crewetnya minta ampun. Ingin tau kehidupannya. Dan
setelah saya tau, saya sebagai seorang yang hidup di lingkungan –mampu-
menyimpulkan bahwa kehidupan gadis ini sungguh mengenaskan.
Nur. Seorang gadis di bawah umur yang putus sekolah, harus
bekerja karena adiknya ada 4 orang, orang-tuanya jadi pembantu juga, terjebak
di Jakarta dengan begitu ketatnya persaingan kerja. Terjebak pada kondisi
kemiskinan struktural yang mengakar pada keluarganya.
Saya mendadak menjadi Kak Seto dan Tung Dasem Waringin dalam
waktu bersamaan. Mendengarkan dengan sabar ceritanya, memberikan motivasi,
sampai memberi tips agar dia mendapatkan pacar yang baik. Saya juga memberinya
iming-iming bahwa belajar di kampus itu sangat menyenangkan. Ini, mungkin bisa
jadi pukulan berat buatnya, tapi sebisa mungkin saya memakai bahasa segaul dan
seumur dan setingkat dengannya agar saya tak terlalu sombong.
Tapi rasanya semua saran saya mentok pada satu kata –ekonomi-.
Putar otak dan tak mau mengasihani nasibnya tanpa melakukan
sesuatu. Berniat menolongnya dengan motivasi ala Mario Teguh, meskipun menurut
adik saya, hidup itu tak semudah kata Mario Teguh.
Jadi kira-kira beginilah yang saya katakan pada Nur,
“Nur, Kamu memang sekarang putus sekolah. Tapi ada caranya
supaya kamu tetap belajar dan bisa jadi pinter. SATU, kamu harus suka dan rajin
membaca. Ada koran majikan, ada apapun di depan matamu, bacalah!! Mungkin kamu
sekarang tidak paham sama yang kamu baca, tapi paksalah untuk tetap membaca.
Nanti kamu akan paham dan menemukan sendiri maksudnya. Kamu mau kuliah setinggi
apa dan sejauh mana, modal utamanya harus rajin baca buku. Ada koran bekas bungkus
tempe, tulisan nggak jelas di belakang obat nyamuk, buku setebal bantal punya
majikanmu, bacalah. Pokoknya baca nur!!! Baca, pelajari, dan kemudian pahami.
Kan kamu tau sendiri, ayat pertama al-Qur’an adalah.... (bla bla bla) #sok
religius.
“Terus setelah belajar baca, belajarlah menulis. Kamu tulis
buku harian, terus nanti lama-lama kamu tulis ulang apa yang kamu baca menurut
pemahamanmu. Jangan lupa kalau ada bacaan yang kamu suka, pelajari cara
penulisannya. Tulislah menurut pendapatmu sendiri. Sesukamu.
“Kalau kamu sudah semuanya, Kamu banyak dapat pengetahuan
dari bacaan yang kamu baca, lalu kamu belajar bicara, ngomong yang tegas,
lugas, percaya diri, anggun, berkelas, berisi. Nah ini agak susah Nur, Karena
ini dipelajari di perguruan tinggi. Tapi nggak papa, kamu bisa belajar lewat
kaca di kamarmu. Bicara yang tidak menyakiti, bicara yang santun, kemukakan
keinginanmu dan pengetahuanmu dengan bijak. Jangan berbohong ketika kamu
bicara, apa adanya saja. Yang ini agak susah ya Nur, tapi kalau kamu menguasai
semua hal tiga di atas. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu inginkan.
Keberuntungan, kesempatan, biaya, akan lebih mudah kalau kamu sudah bisa
mengkombinasikan tiga hal tadi. “
Mau Jadi guru Besar?? Mimpi saja, kalau kau tak mau rajin membaca |
Si Nur wajahnya lebih sumringah, saya ke-GR-an mengira dia
termotivasi. Tapi bener lho, itu solusi dadakan saja saat itu. Dalam hati saya
membatin, saya sekolah tinggi, percuma kalau saya tidak bisa merubah pandangan
Nur tentang kehidupan. Saya bukan generasi cuek!!
Sementara itu, lelaki disebalah saya membisiki “Kalau semua
pembantu kamu ceramahi begitu, terus jadi pinter, nanti tidak ada lagi yang mau
jadi pembantu yang dibayar murah.” Sayangnya, lelaki berpikiran klise itu
adalah suami saya. Oooohh
Ini jawaban saya “Saya mengajari mereka bukan untuk jadi
pembelot yang kasar. Tapi agar mereka jadi seorang yang bisa dihargai sesuai
kemampuan mereka. Kalaupun mereka tetap jadi pembantu, maka mereka adalah
pembantu yang dibayar dengan profesionalitas kerjanya, bukan dibayar kerena
kasihan.”
Semangat!!!!!! untuk semua orang yang merasa tidak memiliki kesempatan
untuk mengenyam pendidikan setingkat profesor
nasehat dan masukan yang luar biasa.
BalasHapusTrimakasih, semoga bisa bermanfaat
Hapussipp mbak, yg kuliah juga belum tentu bisa sukses..
BalasHapusYup. Bener banget. Tetep Semangat ya
Hapusnanti tidak ada lagi yang mau jadi pembantu yang dibayar murah...aduh jelek amat doa orang itu..secara langsung atau tidak langsung dia berharap yang jadi pembantu tetaplah pembantu..ach..miris banget
BalasHapusHehee Yeah, semoga dia cuman bercanda bilang begitu ya RB.. Trims
Hapusnasihat yang dadakan semoga memberikan efek positif untuk Nur :)
BalasHapusSaya harap juga begitu mas.. Siapa tau beberpa tahun kedepan dia jadi mentri. amin
Hapusaamiinn :)
Hapusoo jadi kuncinya membaca yah.. :) yaudah akan saya usahakan untuk selalu membaca.. :)
BalasHapusSelamat mencoba ahmad, sama sekali nggak rugi kok... :D
Hapus