Kamis, 21 Juni 2012

"Sesuatu" untuk Nur


Bismillah

Beberapa waktu yang lalu saya satu travel dengan seorang cewek berumur sekitar 14 tahun. Putus sekolah. Pembantu Rumah Tangga. Kami sama-sama terjebak macet berjam-jam di daerah puncak. Seperti biasa, saya mendakadak menjadi seorang yang crewetnya minta ampun. Ingin tau kehidupannya. Dan setelah saya tau, saya sebagai seorang yang hidup di lingkungan –mampu- menyimpulkan bahwa kehidupan gadis ini sungguh mengenaskan.



Nur. Seorang gadis di bawah umur yang putus sekolah, harus bekerja karena adiknya ada 4 orang, orang-tuanya jadi pembantu juga, terjebak di Jakarta dengan begitu ketatnya persaingan kerja. Terjebak pada kondisi kemiskinan struktural yang mengakar pada keluarganya.

Saya mendadak menjadi Kak Seto dan Tung Dasem Waringin dalam waktu bersamaan. Mendengarkan dengan sabar ceritanya, memberikan motivasi, sampai memberi tips agar dia mendapatkan pacar yang baik. Saya juga memberinya iming-iming bahwa belajar di kampus itu sangat menyenangkan. Ini, mungkin bisa jadi pukulan berat buatnya, tapi sebisa mungkin saya memakai bahasa segaul dan seumur dan setingkat dengannya agar saya tak terlalu sombong.



Tapi rasanya semua saran saya mentok pada satu kata –ekonomi-.

Putar otak dan tak mau mengasihani nasibnya tanpa melakukan sesuatu. Berniat menolongnya dengan motivasi ala Mario Teguh, meskipun menurut adik saya, hidup itu tak semudah kata Mario Teguh.

Jadi kira-kira beginilah yang saya katakan pada Nur,

“Nur, Kamu memang sekarang putus sekolah. Tapi ada caranya supaya kamu tetap belajar dan bisa jadi pinter. SATU, kamu harus suka dan rajin membaca. Ada koran majikan, ada apapun di depan matamu, bacalah!! Mungkin kamu sekarang tidak paham sama yang kamu baca, tapi paksalah untuk tetap membaca. Nanti kamu akan paham dan menemukan sendiri maksudnya. Kamu mau kuliah setinggi apa dan sejauh mana, modal utamanya harus rajin baca buku. Ada koran bekas bungkus tempe, tulisan nggak jelas di belakang obat nyamuk, buku setebal bantal punya majikanmu, bacalah. Pokoknya baca nur!!! Baca, pelajari, dan kemudian pahami. Kan kamu tau sendiri, ayat pertama al-Qur’an adalah.... (bla bla bla) #sok religius.



“Terus setelah belajar baca, belajarlah menulis. Kamu tulis buku harian, terus nanti lama-lama kamu tulis ulang apa yang kamu baca menurut pemahamanmu. Jangan lupa kalau ada bacaan yang kamu suka, pelajari cara penulisannya. Tulislah menurut pendapatmu sendiri. Sesukamu.

“Kalau kamu sudah semuanya, Kamu banyak dapat pengetahuan dari bacaan yang kamu baca, lalu kamu belajar bicara, ngomong yang tegas, lugas, percaya diri, anggun, berkelas, berisi. Nah ini agak susah Nur, Karena ini dipelajari di perguruan tinggi. Tapi nggak papa, kamu bisa belajar lewat kaca di kamarmu. Bicara yang tidak menyakiti, bicara yang santun, kemukakan keinginanmu dan pengetahuanmu dengan bijak. Jangan berbohong ketika kamu bicara, apa adanya saja. Yang ini agak susah ya Nur, tapi kalau kamu menguasai semua hal tiga di atas. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu inginkan. Keberuntungan, kesempatan, biaya, akan lebih mudah kalau kamu sudah bisa mengkombinasikan tiga hal tadi. “

Mau Jadi guru Besar?? Mimpi saja, kalau kau tak mau rajin membaca


Si Nur wajahnya lebih sumringah, saya ke-GR-an mengira dia termotivasi. Tapi bener lho, itu solusi dadakan saja saat itu. Dalam hati saya membatin, saya sekolah tinggi, percuma kalau saya tidak bisa merubah pandangan Nur tentang kehidupan. Saya bukan generasi cuek!!
Sementara itu, lelaki disebalah saya membisiki “Kalau semua pembantu kamu ceramahi begitu, terus jadi pinter, nanti tidak ada lagi yang mau jadi pembantu yang dibayar murah.” Sayangnya, lelaki berpikiran klise itu adalah suami saya. Oooohh




Ini jawaban saya “Saya mengajari mereka bukan untuk jadi pembelot yang kasar. Tapi agar mereka jadi seorang yang bisa dihargai sesuai kemampuan mereka. Kalaupun mereka tetap jadi pembantu, maka mereka adalah pembantu yang dibayar dengan profesionalitas kerjanya, bukan dibayar kerena kasihan.”

Semangat!!!!!! untuk semua orang yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan setingkat profesor