Jumat, 18 Mei 2012

Happiness

Bismillah...


"Are You Happy?" Saya ditanya seorang sahabat dekat.

Saya tau, maksudnya adalah, 'apakah saya bahagia setelah menikah'. Jadi saya berpikir lama. Bahagia yang seperti apa? Apa ukuran bahagia sebenarnya.

Uang? Jadi kalau sudah bisa bermewah-mewahan itu dinamakan bahagia? mau belanja apapun bisa, kapanpun bisa, tak ada istilah tanggal tua dan tanggal muda. Kedengarannya memang sangat menyenangkan. Satu-satunya obat stres paling mujarobah adalah membelanjakan uang. Saya juga mau seperti itu. Tapi saya sejuta persen mempercayai ini 'money can't buy us happiness'. Percayalah, saya pernah merasakannya. Jadi uang bukanlah ukuran kebahagiaan setidaknya menurut saya.

Tanpa masalah?? Oh yeah, ini benar-benar impian saya. Tapi jelas tak mungkin kan, uantuk apa kau hidup kalau bukan untuk menyelesaikan PR yang diberikan Tuhan, inilah caranya kita naik pangkat di hadapan Tuhan. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah. Jadi saya berpikir ukuran bahagia bukanlah hidup tanpa masalah. 

Kemudian saya dengan sok memasamkan muka, menjawab pertanyaan teman saya tadi.
" Belum. Saya belum bahagia"

Karena bahagia menurut saya adalah bisa berbagi. Selalu memberi. Membantu. Ketika saya sudah bermanfaat untuk orang lain. Ketika saya bisa menyumbangkan apa yang saya miliki untuk kepentingan individu maupun kelompok. Ketika saya melihat orang tersenyum (atau menangis) dan dengan bangga mengatakan 'trimakasih banyak' atas hasil kerja saya. Ketika pemikiran saya bisa menginspirasi orang. Saya akan pastikan kalau saya bahagia pada saat itu. 


Dan saya sekarang dalam proses menuju kebahagiaan saya. 

2 komentar:

  1. Nice posting, kebahagiaan adalah dalam diri kita, bukan di luar diri. Dan berbagi adalah juga bagian dari kebahagiaan.

    Thx
    Saputra

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi, Bahagia itu relatif ya pak. Masing-masing orang punya batasannya sendiri. generalisasinya, bahagia itu tidak ada batasnya... :D :D :D

      Trimakasih kunjungannya

      Hapus

I love comments