Jumat, 21 Oktober 2011

"Indonesian Cross Gender"


SALAM


Ada yang jalan ke daerah Malioboro kemarin siang?? Kalau ada pasti lihat art perform Indonesian Cross Gender di Nol Kilometer. Di gawangi oleh dedengkotnya penari Indonesia Didik Nini Thowok, acara ini intinya adalah ‘ngamen’ untuk oh entahlah... mungkin korban merapi atau apa. Tapi aku rasa inti sebenarnya bukanlah ‘ngamen’, tapi lebih ke sosialisasi pada warga Jogja agar cross gender lebih bisa diterima dengan verrrrrry welcome di masyarakat.

Tepuk Tangan yang meriah: Didik Nini Thowok

Yeah, Didik Nini thowok adalah penari cross gender. Terkenal dengan kelihaiannya memainkan tariang Dwi Muka, badannya jangan ditanya, selentur plastik meleleh!! He was wonderful and always wonderful. Selain di TV, baru sekali ini aku lihat sendiri dia perform. Sayang sekali dia tidak menari single, lebih ke kolompok cross gendernya. Keseluruhan perform Didik kunilai 100 dari skala 1-100. Ekspresinya benar-benar bisa menghipnotis seluruh panggung, saat akting tari marah, seluruh penonton akan menahan nafasnya, dan begitu dia mulai menari bahkan hanya berdiri semua penonton langsung bertepuk tangan. Aku norak sekali, mondar mandir memfotonya lewat kamera pocketku. Padahal yang lain DSLR dengan lensa bertumpuk-tumpuk.


When dance meet pantomim. Jemek-maestro pantomim. Ekspresinya kuat!!!
Seluruh panggung  dibuat gila!!
Oke oke oke, Cross Gender adalah bahasa akademik dari waria. Laki-laki yang berdandan ala perempuan untuk kepuasan pribadi, ini menurut kamus pribadiku. Aku rasa bedanya adalah: mmm kalau waria hidup di jalanan, ngamen dengan tampilan atraktif. Kalau cross gender ini lebih santun, terpelajar, dan sangat anggun melebihi perempuan. Sehari-hari mereka masih menggunakan identitas laki-laki mereka, hanya saat dipanggung atau untuk keperluan komersil saja mereka berdandan. Terlepas dari itu semua, cross gender lebih untuk kepuasan pribadi. Di Jogja sendiri ada dua orang yang terkenal dengan identitas cross gendernya, Didik Nini Thowok dan Hamzah HS atau dengan nama panggung Raminten (aku dan Mr. Headstone suka banget nongkrong di House of Raminten). Masih bingung? info lebih lanjut tanyakan pada mereka. Nah beda lagi sama trans gender, yang ini adalah ganti kelamin, misalnya adalah Dorce Gamalama. Tapi ketika go mad, aku rasa sama. Kalau RA. Kartini adalah pejuang hak-hak perempuan melalui pendidikan, nah menurutku Didik Nini Thowok ini pejuang hak-hak cross gender melalui seni!!

Rasanya putri kratonpun tak seanggun ini
Kalian akan kaget kalau melihat cross gender yang dibawa mas didik kemarin, ya Tuhanku, mereka semua berpendidikan sarjana! Hampir semuanya menempuh pendidikan di ISI Jogja jurusan Seni Tari. Pantas saja mereka anggun dan bersahaja, mempelajari tari klasik mengharuskan kita untuk belajar bersikap bak seorang putri kraton jaman dahulu (putri kraton sekarang sudah banyak berbeda).  

Jadi, sebelum aku menutup dengan foto-foto dari kamera pocket ku (ya Tuhan, aku minta DSLR. Janji deh buat observasi, tak cuma buat narsis!!!!), pesan terakhirnya adalah: marilah kita terima para cross gender ataupun waria dalam masyarakat kita. Jangan menghakimi mereka, mereka adalah bagian dari kita. Masalah ketuhanan itu urusan mereka dengan Tuhan, sama sekali jangan menceramahi mereka tentang masalah ini, percayalah itu akan membuat kita sebagai pribadi yang sombong. Aku berharap para waria akan diberi kesempatan bekerja di lembaga-lembaga milik pemerintah atau dimanapun yang mereka mau. Bahwa sekali lagi, bias gender bukanlah mengenai jenis kelamin, tapi lebih pada penerimaan dan keikhlasan mengakui bahwa dunia tidak hanya milik laki-laki, dunia juga milik perempuan dan cross gender. Jangan gengsi mengakui kecerdasan kami. Dalam hal kepempinan mungkin laki-laki sudah disahkan menurut kitab suci, tapi dalam hal prestasi, sama sekali tidak ada perbedaan. Laki-laki dan perempuan sama, bahkan waria!!

NTT-Klaten-Jogja

Kalimantan - seniman master tari Banyuwangi dan Bali, tariannya TOP banget

Nomer dua dari kiri itu sedang ambil s3. Astagaaa, aku saja S2 tak lulus2...

Hei laki-laki, cobalah minum 2 gelas beer, dijamin kalian tak bisa membedakan ini cross atau straight. hehehee 
Atas: I'm proud of them.
Bawah: Perhatikan dada dan tunggunya

Oke, Aku memang mengagumi kemampuan mereka, dan berjanji tak akan mendiskriminasikan mereka. Tapi percayalah, aku bersyukur aku dilahirkan sebagai perempuan tulen. Meskipun kemampuan berkreasiku agak dipertanyakan, aku bangga aku tak memiliki punggung sekekar itu, badanku mungil dan manis, satu lagi yang penting: aku memiliki dada asli tanpa sumpalan atau implan. Jadi sepertinya kalau aku memakai bustier seperti diatas, jadinya akan lebih indah dilihat. hehee

Mereka SEMUA sarjana ISI, ada yang sedang ambil doktoral!!! 


Jadi kawan, siapapun dirimu, berkreasilah!!!! Dan tunjukkan pada dunia prestasimu. 

2 komentar:

  1. selamat menikmati indahnya jalinan ukhuwwah insaniyyah,ukhuwwah basyariyyah, meski serasa tak kan pantas berharap tuk bermanis-manis bersama mereka dalam rengkuh ukhuwwah islamiyyah.

    BalasHapus
  2. yeah begitulahh.. terimakasih sudah mampirrr

    BalasHapus

I love comments