Rabu, 20 Juli 2011

Antropolog?? Think Again!!!

Bismillah 

Kesan Pertama
Aku gagal di hari pertamaku menjadi observer. Itu sudah pasti. Seharusnya tak ada wawancara mendalam dalam kunjungan awal. Pekenalan sekedarnya saja cukup.  Yang kulakukan malah ngobrol panjang sekali dengan para anggota Kelompok Kesenian Pring Gading, mengobrol dengan ke ketua kelompoknya, ya para penarinya, termasuk para pawangnya (padahal aku sama sekali belum pernah melihat mereka pentas). Sayangnya, wawancara saja tak cukup untuk membuat tesis setebal bantal. “Pekerjaan utama antropolog adalah pengamatan langsung, Partisipasi observasi!!!” Begitu yang selalu diulang-ulang oleh dosen Pengantar Penelitian Lapangan-ku. Wawancara seharusnya dijadikan data tambahan. Bukan apa-apa, masalahnya anggota kelompok kesenian Pring Gading ini sangat asik diajak mengobrol. Dan aku tak berdaya disuguhi jajanan khas kampung yang enak sekali!!!
Kegagalan kedua adalah, oh Tuhan ini benar-benar fatal. Kedatanganku sangat mencolok perhatian para penonton ketika kolompok kesenian ini sedang pentas. Antropolog yang baik tak akan menunjukkan siapa dirinya, datang dengan sangat halus tanpa membuat gejolak di masyarakat itu sendiri. Mencolok dalam artian, perhatikan ini: well, I love fashion dan ternyata ini adalah kesalahan besar. Dengan rok panjang trendy, kaus dan cardigan, shawl (jilbab panjang) yang kukreasikan sedemikian rupa, dan sebagai pelengkap kefatalan karierku aku menggunakan high heel setinggi LIMA sentimeter (dan saat itu tanah sedang becek-beceknya habis hujan). Tadinya aku merasa outfitku ini sederhana saja, tapi ternyata aku malah jadi perhatian ditempat pementasan. Menyaingi para pementas sendiri. Aku benar-benar merasa salah kostum kali ini. Bodoh sekali. Sebaiknya mungkin ada mata kuliah khusus yang membahas outfit peneliti amatiran, akan sangat membantu.
Kegagalan ketiga ini adalah benar-benar di luar kehendakku. Aku datang baik-baik sebagai mahasiswa yang kurang ilmu, posisiku adalah bodoh dan tak tau apa-apa. Tapi sambutan masyarakat seperti menyambut tamu dari Departemen Kebudayaan atau malah dari Discovery Channel. Benar sekali, ketua kelompok mengadakan penyambutan khusus untukku dengan mengundang anggota yang lainnya plus ketua RT, ketua RW, bendahara kampung, seksi dokumentasi, tentu saja dengan ceramah panjang lebar dan resmi (dan lagi-lagi ada snack yang lumayan enak pula). Ayolah, aku bukan siapa-siapa, cuma mahasiswa yang belum lulus-lulus. Sungguh tak enak hati. Aku cuma cengar-cengir saja saat itu. Dilematis.
Hanya satu kalimat yang menyantol dikepalaku dan selalu kuulang-ulang dengan perasaan bersalah: maafkan mahasiswamu ini prof. Hardi. Ilmu yang proesor berikan tentang kode etik observer tak benar2 kujalankan dengan baik dan gagal total. Semoga tak dilanjutkan dengan kegagalan-kegagalan lainnya. amin.
Terlepas dari semua masalah yang kualami, kenyataan bahwa kedatanganku disambut dengan sangat baik merupakan pertanda bahwa tesisku akan segera slesai. Asiiiiikkkkk. Bersikap ramah terhadap mahasiswi nggak jelas sepertiku adalah salah satu cara mereka nguri-uri kabudayan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I love comments