Bismillah...
Masih ingat ada
berapa teman kita yang bernama “Slamet”?? Setidaknya ada empat orang slamet
yang saya kenal, dua orang slamet teman saya SD, satu orang di murid di sekolah, dan satu lagi saudara
saya. Tiga orang Slamet nama belakangnya
sama semua “Slamet Riyadi”, Itu yang saya kenal dekat, masih ada empat orang
slamet lagi yang saya tau wajah tapi tidak begitu dekat. Tentu saja nama Slamet
lebih banyak digunakan oleh orang Jawa, meskipun ada seorang Slamet dari pulau
Lombok yang saya kenal tak begitu dekat, dia mengaku kalau bapaknya menamainya
Slamet karena ingin anaknya jadi seorang presiden, karena presiden selalu orang
Jawa, dipilihlah nama Slamet sebagai nama anaknya, representasi dari cita-cita
sang bapak agar anaknya kelak menjadi presiden, meskipun dia bukan dari Jawa.
Slamet berasal dari kata salam, bahasa
arab yang artinya selamat. Selamat dari api neraka, selamat dari bujukan setan,
selamat dari dunia yang kejam, dari lilitan hutang, dari bayangan pembimbing tesis
(ini saya!), intinya selamat dari segala hal. Dalam doa sehari-hari saya selalu
menyertakan “selamat dunia dan akherat”, doa yang simpel, namun benar-benar
luas sekali maknanya.
Slamet itu bersyukur |
Dari kata salam
dari bahasa Arab inilah kata slamet muncul.
Ketika kata salam sudah dibahasa jawakan artinya menjadi lebih luas lagi saya
kira, karena kecenderungan suku jawa yang senang sekali memfilosofikan sesuatu.
Memberikan arti yang sangat luas pada hal yang simpel. Lidah orang jawa yang sulit menirukan logat
orang Arab membuat kata Salam-salamah menjadi Slamet, syahadatain menjadi sekaten, Abdul Faqih menjadi Dul Pekik,
Assalamualaikum menjadi lamlekum, dan yang sekarang sedang jadi tren ngaco astaghfirullahal ‘adzim menjadi lebih
alay astajim.
Ini membuktikan
bahwa sebenarnya suku Jawa memiliki posisi tawar tinggi hingga menyaring banyak
hal yang masuk ke dalam ruang lingkupnya. Ketika agama dan budaya Hindu-Budha
masuk, masyarakat jawa tidak mentah-mentah mengambil kebudayaan dan agama
Hindu-Budha, begitu pula dengan Islam. Islam dengan membawa prinsip rahmata li alamin, tidak serta merta
ditelan mentah-mentah orang Jawa, ada komunikasi intens antara diantara
keduanya, dan komunikasi tersebut berjalan dengan sangat baik hingga saat ini.
Slamet adalah tujuan tertinggi manusia Jawa
dalam mencapai hidup yang tentrem, ayem. dan selanjutnya golek slamet
merupakan proses yang sangat rumit, penuh aturan, dan terkadang terlalu didramatisir.
Bagaimana manusia Jawa mengenal rites of
the passages, upacara sepanjang diri kita, atau lebih simpelnya
upacara-upacara yang menyertai hidup kita. Dimulai dari upacara paling awal
sejak bayi dalam kandungan, sampai upacara sesudah manusia meninggal, dari rogohan
hingga ngijing. Inti dari masing-masing upacara rites of the passages adalah golek
slamet, agar di babak kehidupan selanjutnya seseorang dapat menjalani
dengan baik. Golek slamet hakekatnya
adalah harapan agar hidup selalu dilingkupi perasaan ayem, tentrem, beruntung,
dan jauh dari kesialan.
Semoga bermanfaat
Semoga saja si slamet ini menjadi seorang presiden di kemudian heri hehehee
BalasHapusNiche blog :)
Sy pernah dengar klo di Jawa timur ada sapi yang diberi nama kiyai slamet! :D
BalasHapus@Irfan: Sepertinya sekarang si slamet jadi guru :D
BalasHapus@Abu:Sama persis dengan di Solo. Dikeramatkan juga kan??